talking head

It's me, Zuhdi a.k.a emzet.
This blog is about my personal opinion and reflection
My Photo
Name:
Location: Indonesia

Pemesanan bisa dilakukan melalui : e-mail rizwananazkia@gmail.com SMS : 0811-847662 FB : rizwana & azkia

Thursday, September 24, 2009

Pesan Pendidikan Ramadhan 2009

Idul Fitri 1430 H/2009 M jatuh pada Hari Minggu 20 September 2009. Tanggal ini sebenarnya maju dari perhitungan kalender yang menyebutkan libur lebaran 21 September 2009. Tetapi, syukur alhamdulillah, mayoritas Ormas Islam di Indonesia sepakat dengan penetapan tanggal 20 September itu. Meskipun ada satu-dua Ormas kecil yang tetap berbeda.

Kebetulan saya mendapat kehormatan untuk memberikan khutbah idul fitri di Masjid Nurul Iman Legoso. Berikut adalah intisarinya.

Ramadhan kita pahami sebagai bulan pendidikan (tarbiyah dan riyadhoh). Sebagai sebuah institusi pendidikan, Ramadhan memiliki misi pendidikan yang sangat komprehensif. Dalam waktu 29 hari kita didik, ditraining, dan diajarkan hal-hal yang bersifat fisik dan non-fisik sekaligus. Gurunya: Al-Quran, penceramah, anak, istri/suami, dan bahkan diri kita sendiri.

Secara umum ada tiga misi pendidikan yang dibawa oleh Ramadhan. Ketiga hal ini merupakan wujud dari eksistensi manusia sebagai hamba Allah, sebagai individu dan sebagai makhluk sosial.

Misi yang pertama adalah ketakwaan. Tentu tidak perlu dipertanyakan lagi, karena secara normatif, Al-Quran mengatakan bahwa tujuan dari puasa adalah membentuk insan yang bertaqwa. Sementara ciri orang-orang yang bertaqwa adalah beriman kepada yang ghaib, beriman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada hari akhir, mendirikan salat, berinfaq di jalan Allah baik di waktu senang maupun susah, menahan amarah, memafkan orang lain, dan suka bertaubat.

Intensitas ibadah kita meningkat di bulan suci Ramadhan. Berbagai bentuk ibadah kita lakukan dengan intensitas yang lebih tinggi dari biasanya. Semuanya dilakukan dengan penuh keyakinan, bahwa kita sedang melaksanakan perintah Allah dan mencari ridho-nya. Karena itulah, semua hal yang bagi orang yang tidak beriman terasa berat, tetapi bagi mu'min justru terasa nikmat. Puasa sepanjang hari di bawah terik matahari, shalat tarawih berbilang rakaat, tadarus, dan i'tikaf, semua dilakukan dengan rasa senang, dan dengan penuh pengharapan akan ridho Allah. Walhasil selama Ramadhan, ibadah kita meningkat baik secara kualitas dan kuantitas.

Ketika ibadah kita meningkat dan pada saat yang sama kita berpuasa, yang sering merupakan tameng bagi kita untuk tidak melakukan hal-hak yang dilarang, maka sesungguhnya Ramadhan mangajarkan kita untuk meningkatkan ketaqwaan dan intensitas ibadah kita. Inilah nilai pendidikan spiritual yang paling utama.

Misi pendidikan yang kedua adalah peningkatan integritas pribadi. Ini kita temukan dalam praktek ibadah puasa yang kita lakukan. Dalam hal puasa, kita bukan hanya tidak makan dan minum, tapi esensinya adalah kejujuran. Ketika berpuasa, kita jujur untuk menahan diri dari berbagai hal yang membatalkan puasa dan pahala puasa. Kita jujur pada Allah, jujur pada diri kita, jujur pada istri/suami kita, jujur pada teman kita, dan jujur pada tetangga kita. Semua kita lakukan karena kita tahu bahwa kejujuran adalah kunci sukses ibadah puasa kita, dan kita yakin bahwa kejujuran membawa kebaikan, seperti yang disampaikan oleh Rasulullah.

Jikalau kejujuran itu kita miliki pada saat puasa, maka kita sebenarnya diajarkan untuk tetap jujur di luar bulan puasa.
- Jika suami jujur pada istri dan sebaliknya, insya Allah rumah tangga akan tenteram;
- Jika orangtua jujur pada anaknya, insya Allah anak akan tumbuh menjadi anak yang jujur;
- Jika pedagang jujur pada pembeli, insya Allah pembeli akan kembali lagi;
- Jika pengusaha jujur pada konsumennya, insya Allah konsumen akan bertambah
- Jika pemerintah jujur pada rakyatnya, insya Allah rakyat akan mendukung.

Tetapi mengapa yang terjadi justru sebaliknya. Berapa banyak rumahtangga yang hancur karena diselimuti dusta. Berapa banyak anak yang membangkang karena orangtua memberi contoh. Berapa banyak pembeli yang kecewa karena pedagang tidak jujur. Berapa banyak pengusaha yang digugat karena mempermainkan konsumen/clientnya. Berapa banyak pemimpin yang dihujat karena menzhalimi rakyatnya. Padahal sudah berapa Ramadhan kita lalui, dan berapa kali puasa kita laksanakan.

Padahal, kejujuran adalah cermin dari integritas pribadi. Ramadhan mengajarkan kita untuk jujur, bukan untuk siapa-siapa, tetapi untuk pribadi kita sendiri. Keberhasilan kita meraih hikmah Ramadhan salah satunya tercermin dari seberapa berhasil kita mempertahankan kejujuran.

Misi pendidikan yang ketiga adalah kepedulian sosial. Ini tercermin dari dua hal: solat jamaah dan zakat. Selama Ramadhan kita dianjurkan untuk melaksanakan salat berjamaah lebih dari biasanya, baik solat sunnah maupun solat fardu. Pada saat solat berjamaah, kita sesungguhnya bukan hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga dengan jamaah yang lain. sebelum dan setelah solat berjamaah kita bersalaman dan bersilaturahmi dengan tetangga, teman dan kerabat yang ikut berjamaah. Kamunikasi pun terjalin, sehingga tali silaturahmi semakin erat.

Sementara zakat, sangat jelas mengajarkan kepedulian sosial. Kita diwajibkan berzakat bukan sekedar mensucikan harta, tetapi yang lebih penting dari itu adalah semangat berbagi dengan mereka yang tak berpunya. Kewajiban zakat fitrah yang harus dilakukan oleh setiap individu mencerminkan ciri-ciri orang bertaqwa yang berinfak di waktu senang dan susah. Ketika kita berbagi di bulan puasa, kita sesungguhnya diingatkan untuk memperhatikan mereka di luar bulan puasa. Karena mereka tidak hanya butuh makan di bulan Ramadhan, bagaimana dengan 11 bulan yang lain.

Puasa, zakat dan salat berjamaah membawa pesan tersirat dan tersurat akan pentingnya menjalin silaturahmi dan memperhatikan lingkungan sosial kita. Ramadhan dengan demikian mendidik kita untuk meningkatkan kualitas hubungan sosial kita, dengan kerabat, tetangga, dan dengan orang lain yang membutuhkan bantuan kita.

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang bisa mengambil pelajaran dari kehadiran dan kepergian Ramadhan, sehingga kita menjadi orang-orang yang semakin dekat Tuhan, memiliki integritas yang tinggi, serta peduli terhadap sesama, hingga Ramadhan tahun depan, insya Allah.

Wednesday, February 18, 2009

Belajar dari Mahasiswa

Hari ini ada bebarapa mahasiswa yang bertemu, keduanya punya relasi yang unik. Pertama, adalah Pak Syukri, dia unik karena usia lebih senior dibanding saya dan semangatnya untuk menimba ilmu dan mengaplikasikannya sangat luar biasa. Dia yang selalu bersemangat berbincang dengan saya mengenai dua hal yang saling berkaitan. Pertama adalah soal proposal disertasinya, dan kedua adalah soal proyek penelitian. Keduanya berkaitan karena dia ingin mengangkat persoalan materi pembelajaran PAI yang menurutnya harus direformasi. Ide besarnya adalah pembelajaran konkrit. Menurutnya, pembelajaran PAI sedapat mungkin harus dapat dicerna oleh siswa, dan karenanya harus dekat dengan dunia siswa. Pembelajaran konkirt bisa dilakukan dengan menyederhanakan materi dan memodifikasi cara penyampaian serta alat peraga yang digunakan. Tentu saja ini memerlukan penelitian lebih lanjut dan karena itulah menarik untuk diteliti.

Kedua, adalah Abd. Syukur. Keunikannya adalah dia merupakan rekan satu angkatan ketika kuliah di S1 dulu. Saat ini, Syukur tengah kuliah S2 dan bersiap menulis thesis. Tantang terberat di awal penulisan tesis adalah menemukan tema yang original dan layak ditulis. Setelah berpusing-pusing menelusuri berbagai kemungkinan tema, Syukur datang dengan sebuh ide cemerlang: Internasionalisasi pendidikan. Menurutnya, apa yang dilakukan pemerintah dalam mneginternasionalisasikan Pendidikan Nasional melalui pemebentukan SBI (sekolah bertaraf internasional) sesungguhnya merupakan salah kaprah terhadap ide internasionalisasi pendidikan.

Pak Syukri dan Pak Syukur telah mencerahkan hari saya dengan dua tema besar pendidikan yang sangat aktual dan karenanya saya belajar dari mereka. Meskipun berlatar belakang PAI saya belum banyake berpikir tentang pembelajaran PAI secara serius, meskipun menyadari bahwa ada persoalan besar di sana, yaitu pembelajaran PAI kita belum memuaskan hasilnya.

Hal yang sama juga berlaku dengan tema internasionalisasi. Meskipun pernah kuliah di Indonesia, di Selatan dan di Utara, belum banyak saya pikirkan soal pengaruh internasionalisasi pendidikan di Indonesia. Ide Syukur tentu membuka mata saya lebih jauh untuk aware soal itu.

Nah terbukti kan, dosen pun bisa belajar dari mahasiswanya.

Wednesday, March 29, 2006

Hukuman Mati buat Murtad: Perlukah?

----- Original Message -----
From: sita -
To: syiarmontreal@yahoogroups.com
Sent: Friday, March 24, 2006 7:45 AM
Subject: [syiarmontreal] Apa hukumnya...?


Assalamu'alaikum wr wb,

Saya sangat concern sama kejadian yg belum lama ini terjadi di Afganistan, yaitu orang yg masuk agama kristen (tadinya Islam) dibunuh. apa hukumnya menurut Islam? Bukankah Allah berkata di Al-Qur'an, tidak ada paksaan dalam Islam?

Kalo kata teman saya di Seattle, waktu dia masih kecil dia suka maen ,tapi yg kalah "hrs masuk agama lain", jadi kata dia pada banyak yg ogah! heheh
Apa tidak berlaku "lakum dinukum waliyadin" (al-kafirun:6)?

Terima kasih bagi yg punya waktu untuk menjelaskan. :)

wass, sita


----- Original Message -----
From: M. Zuhdi
To: syiarmontreal@yahoogroups.com
Cc: Sri Wijayaningrum
Sent: Friday, March 24, 2006 1:14 PM
Subject: Re: [syiarmontreal] Apa hukumnya...?


Alaikum salam, wr. wb.
Hebat nih... mbak Sita selalu berinisiatif memulai diskusi, dan temanya selalu hangat. Baiklah saya akan mulai menanggapi, mudah-mudahan yang lain tertarik untuk ikutan berbagi wawasan.

Bismillahirrahmanirrahim.
(harap dibaca sampai akhir)
Sejauh pengetahuan saya (yang sangat terbatas) akan hadis dan ayat Quran, ada di antara ayat-ayat atau hadis-hadis itu yang berbicara tentang orang murtad (keluar dari Islam). Ayat yang berkenaan dengan murtad antara lain surat al-baqarah ayat 217. Di situ disebutkan, bahwa orang yang berpaling dari agamanya, dan mati dalam keadaan kafir, maka segala amal baiknya menjadi sia-sia, dan ia akan menjadi penghuni neraka (catat: hukuman dari Allah). Untuk melihat ayat-ayat lain tentang murtad bisa klik ke sini: http://www.e-bacaan.com/kalimat_murtad.htm.

Ayat-ayat tersebut, sejauh pemahaman saya, tidak ada satupun yang menyuruh kita untuk menghukum bunuh orang yang murtad dari agama Islam. Yang jelas dari beberapa ayat tersebut adalah bahwa orang yang berpaling dari agama Allah (murtad) akan mendapat siksa dari Allah.

Lantas dari mana hukuman mati untuk orang murtad itu datang?
Pinalti hukuman mati bagi orang-orang murtad diperoleh dari hadits-hadits Nabi. Salah satunya adalah hadis Nabi yang cukup populer: "Orang Muslim tidak boleh dikenai hukuman mati (halal dararhnya) kecuali karena tiga hal: 1. Orang yang sudah menikah lalu berzina; 2. Orang yang membunuh (harus diqisas); 3. Orang yang meninggalkan agamanya dan berpisah dari jamaah (Bukhari)."
Kemudian ada hadis lain yang menyebutkan: "Bunuhlah orang yang mengganti agamanya"

Atas dasar kecaman ayat-ayat Al-Quran dan petunjuk hadis itulah, para ulama berpendapat bahwa hukuman untuk orang yang murtad (keluar dari Islam) adalah mati. Dan ini diklaim sebagai pendapat mayoritas ulama. Kenapa begitu? Setidaknya ada dua alasan mengenai hukuman mati untuk orang murtad:
1. Agar orang tidak mudah mempermainkan agama/keyakinannya. (Q.S. Ali Imran: 72).
2. Khawatir akan mempengaruhi orang-orang Muslim untuk berpaling dari agamanya. Karena banyak orang2 non-Muslim yang kerap mempengaruhi Muslim untuk keluar dari Islam. (At-Taubah 95-96).

Adakah pandangan lain?
Setidaknya ada dua pandangan lain yang saya ketahui:
Pertama, pandangan Dr. Yusuf Qardawi. Beliau bersepakat bahwa hukuman mati tidak berlaku untuk mereka yang keluar dari Islam secara diam-diam, dan mereka tidak mempengaruhi orang-orang Muslim lain untuk keluar dari Islam (Lihat: Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah karya Dr. Yusuf Qardawi).
Qardawi bahkan menyebutkan adanya riwayat Umar bin khattab yang tidak menghukum bunuh orang yang murtad, melainkan menghukumnya dengan penjara.

Kedua, ada juga yang menfasirkan kembali makna murtad. Murtad di sini bisa memiliki dua makna: makna politis dan teologis (Artikel ttg ini bisa dilihat di sini). Pada makna politis, murtad sama artinya dengan desersi di kalangan militer. Jika sebuah pasukan sedang dalam peperangan dan salah satu anggota pasukannya membelot, maka hukuman mati untuk pembelot itu adalah yang wajar, karena dikahwatirkan akan membahayakan pertahanan. Sedangkan secara teologis, murtad berarti pembangkangan terhadap keberadaan ataupun keesaan Allah. Oleh karena itu, sesuai dengan ayat Al-Quran di atas, maka hukumannya menjadi hak Allah.

Apakah orang yang menolak hukuman mati untuk orang-orang murtad berarti anti hadis?
Sekilas memang iya, karena ayat-ayat Quran tidak ada yang secara jelas mewajibkan hukuman mati untuk orang murtad, sementara yang jelas menentukan hukuman mati untuk orang murtad adalah hadis. Sehingga ada kesan bahwa orang yang tidak setuju dengan hukuman mati terhadap orang murtad adalah anti hadis.

Tapi, menurut saya, tidak harus selalu berarti begitu. Hadis Nabi, terutama mengenai persoalan-persoalan sosial, seringkali merupakan response terhadap persoalan-persoalan sosial ketika itu. Oleh karena itu, hadis-hadis tersebut harus juga dipahami dalam konteksnya masing-masing, sebelum diambil kesimpulan.

Konteks yang saya maksud di sini adalah, bahwa umat Islam, sebagai komunitas yang baru muncul dan mulai menguat, sering menghadapi gangguan sosial dan politik. Bahkan dalam Quran disebutkan adanya orang Yahudi yang sebentar masuk Islam tapi kemudian keluar lagi, atau di depan orang Muslim mengaku Islam sementara di depan orang lain mengaku sebaliknya. Di samping itu, ummat Islam ketika itu menghadapi berbagai peperangan untuk mempertahankan eksistensi Islam. Nah dalam konteks ini jelas keberadaan orang-orang Islam yang keluar dari agamanya dan bergabung dengan kekuatan musuh menjadi sangat berbahaya. Oleh karena itulah hukuman mati menjadi sesuatu yang wajar.

Namun begitu, Dr. Qardawi dalam buku di atas juga mempertanyakan apakah benar Nabi pernah menghukum mati orang Murtad. Karena meskipun ada beberapa hadis yang menjelaskan hukuman buat orang murtad, tidak ditemukan hadis yang menceritakan bahwa Nabi pernah menghukum mati orang murtad (CMIIW).

Pemahaman kontekstual yang dimaksud ialah bahwa kewajiban membunuh orang murtad, secara kondisional, terkait dengan ancaman komunitas Muslim ketika itu. Perlu diingat bahwa Nabi disamping berperan sebagai pemimpin agama, juga berperan sebagai pemimpin politik. Dan hukuman ini adalah salah satu strategi Nabi untuk melindungi komunitasnya.

Karena itu, jika kemurtadan seseorang tidak berakibat negatif secara langsung untuk ummat Islam, maka saya cenderung dengan pendapat Dr. Qardawi yang tidak menjatuhi hukuman mati. Bahkan untuk kasus Afghanistan, hukuman mati justru membahayakan keselamatan ummat Islam di Afghanistan.

Wallahu Al'lam bissawab.
wassalam,
mz

Sunday, January 08, 2006

Izza Kangen

Benar kata orang, anak adalah buah hati (qurrah a'yun). Tak akan habis rasanya kata-kata untuk menceritakan segala sesuatu perihal anak. Apalagi dia adalah Izza.

Aku jadi pengen nulis tentang izza, gara-gara waktu nelpon kemarin dia bilang gini: "Papa kapan selesainya, pa...?" Waku aku seperti tersudut, ngga siap menerima pertanyaan seperti itu.

Kalo yang nanya mamanya, mungkin bisa pake penjelasan macam-macam. harus nyambi kerja-lah, lagi ngga mood lah, atau belum ketemu supervisor. Tapi menjawab pertanyaan yang sama dari izza. Gimana menjelaskannya ya...? Tapi bagiku, bukan soal pertanyaan dan gimana menjawabnya yang penting. Justru sesuatu di balik pertanyaan itu.

Izza memang ngga pernah mau bicara lama kalo ditelpon. Dia hanya ngomong sebentar, terus telponnya ditinggal. Kadang2 dia hanya nanya, tapi pas dijawab dia udah ngga dengerin.

Kemarin waktu nanya, kapan papa selesai itu dia juga, bilang: "Soalnya Izza udah kangen nih pa... pengan main kapal-kapalan." Ah.. ekspressif sekali anak ini. Akhirnya aku hanya bisa bilang: "Sebentar lagi za...!"

Tak kusangka gembira sekali dia mendengar jawabanku itu. langsung ditinggal telponnya, sambil teriak: "Horee.. papa sebentar lagi pulang.." Aku hanya bisa tersenyum kecut... "Mudah-mudahan dia tidak menganggap aku akan pulang besok.

Papa juga kangen sama kamu nak...

Sunday, December 25, 2005

Selamat Natal?

Setiap datang hari Natal, ummat Islam, terutama pemimpinnya ribut. Yang satu bilang, "demi menjaga kerukunan antar ummat beragama, dan menunjukkan rasa kebersamaan dalam masyarakat yang majemuk, sebaiknya ummat Islam mengucapkan selamat natal kepada rekan atau kerabat mereka yang merayakan natal". Yang lain bilang,"..eit nanti dulu. Islam ngga mengakui ketuhanan Yesus yang hari lahirnya dijadikan sebagai hari raya oleh umat kristen. Kalo ikut-ikutan ngucapin selamat natal, apalagi ikutan ngerayain, bisa-bisa dianggap kita membenarkan ajaran yang 'salah' itu. Karena itu, sebaiknya ngga usah deh... ngucapin selamat natal segala, supaya akidah umat Islam ngga tercemar."

So what? Masing-masing bertahan dengan pendapatnya, dan saling mempengaruhi. Anehnya, yang merasa perlu mengucapkan natal beranggapan bahwa mereka yg ngga mau ngucapin natal itu berpikiran sempit dan picik. Padahal menurut mereka ngcuapin natal itu ngga mempengaruhi akidah sama sekali. Toh ngucapin selamat natal tidak berarti mengakui ketuhanan Yesus. Lagian Yesus, yang dalam Islam disebut Isa, kan juga manusia yang harus dihormati oleh umat islam sekalipun.

Sementara yang merasa mengucapkan natal itu ngga perlu bilang mereka yang ngucapin natal itu sudah mengorbankan akidahnya untuk sesuatu yang ngga penting. Ngga ngucapin natal kan bukan berarti membenci orang kristen. Lagian ngga ada tuh pengaruhnya antara ngucapin natal sama kerukunan. Kalo emang ribut, ribut aja, bukan karena ngucapin natal ato ngga.

Yah... begitulah kita, masing-masing bertahan dengan pendapatnya dan menjelek-jelekkan pihak lain.

Wednesday, December 14, 2005

End year party

I just attended an end year party held by McGill's Ancillary services. The party took place at the new residence hall building. Although, they didn't call it christmass party, the decoration was pretty much christmass: lights, candles, christmass tree, and even santa claus.

Talking about christmass tree, there was a debate in one of the Canadian cities, I guess it was Halifax, few days ago. The people of the city gave a huge christmass tree to people in Boston. However, taking into consideration the multifaith nature of the society, people in Boston called it holiday tree, instead of Christmass tree. This made people in Halifax unhappy. They said it is a christmass tree, and it was meant to be a christmass tree. They even pass a legislation to affirm that the kind of tree with decorations that people have every end of a year is called Christmass tree !

Well, back to the Ancillary party. It was not a huge party, but it was not by any mean small. Because Ancillary services has a number of divisions, including: Printing services, mail services, copy services, course packs, and faculty club. I believe there are some others that i don't know. The foods were great: salads, pasta, salmon, baked potatoes, salsa sauce, chicken, and some other stuff. And, what will be a party without drink, at least according to Canadians? People went crazy with beer and wine. I hope they didn't forget that they have to go back to work.

I went to the party with Nick, who hesitated to come at first, but quite enjoy the party once he was there.

Daniel (my boss) told us that this was the first end year party that involved all of the people at Ancillary. There used to have end year meeting, but it was only for certain people at the top positions.

The thing that surprise me the most was the Santa Clause. I am not surprise with the fact that Santa Claus comes to a christmass party, but he comes in adult chrissmast party. So, someone dressed with a Santa clause costume and sat in front of the tree. And then, there were Christmass presents. I thought Santa Clause and Christmass presents are just for kids. What a party...

Monday, December 12, 2005

what is this?

Everyone has a head, and we always refer to one's head to express thinking. This is because we know that head is where our brains are located.

In many occassions, when we're silent we have something in our minds. Thing that sometimes cannot make us sleep and eat well. This thing can be about our relationship with others, our plans for future, our responses to an event, or even our unforgiven mistakes.

Don't you ever wacthed Mel Gibson's What women want? where Nick can read women's unspoken thought. Sometimes, what we have in our mind is something important or valuable, yet we don't speak it out loudly for many reasons: shy, afraid, don't find appropriate moment, or don't have a way to express it.

here u go... we have blog. why don't we use blog to express thing that comes across our minds. So, this is what I am trying to do. I hope I can maintain this continuously.